MAKALAH
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
Tentang Faktor-faktor Pendidikan
Disusun Oleh :
Kelompok II
1. Ali Wardani (112170281)
2. Singgih Haryono (112170237)
3. Yudhi Rahmanto (112170247)
4. Sugeng Ginanjar (112170238)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Alloh SWT atas segala rahmat taufik dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang brjudul “Faktor-faktor Pendidikan” . Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak lupa penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Nurhidayati. M.Pd. selaku pembimbing makalah yang penuh ketelitian dan kecermatan.
2. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan bimbingan dan doa restu.
3. Rekan-rakan seperjuangan yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Staf perpustakaan Universitas Muhamadiyah Purworejo yang telah memberika fasilitas yang berwujud pinjaman buku-buku.
Namun demikian makalah ini tidak lepas dari segala kekurangan karena penyusun menyadari bahwa keterbatasan pemikiran penyusun dan materi makalah ini dapat disusun. Untuk itu kami memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini bersifat baik.
Semoga makalah ini bermanfaat pada khususnya penyusun dan pemerkati pendidikan pada umumnya serta diharapkan sebagai salah satu bentuk pengabdian pada Alloh SWT.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Purworejo, oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………….…………..I
KATA PENGANTAR…..………………………….……………………..II
DAFTAR ISI……………………………...........…………………………III
BAB I PENDAHULUAN…………………..……………….………..…..1
A. Latar Belakang……………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah.…………………….……….……….…….....1
C. Batasan Masalah……………….………………………………...1
D. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan..........……………….….….....1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..…2
A. Pengertian Faktor-faktor Pendidikan……………………..…..…4
B. Macam-macam Faktor Pendidikan………………….………..…5
1. Pendidik……………………………………………………..5
2. Peserta Didik……………………………………………..….7
3. Tujuan………………………………………………………..8
4. Materi………………………………………………………..10
5. Alat……………………………………………………….…10
C. Hubungan Timbal Balik antar Faktor Pendidikan………..…..…12
BAB III PENUTUP……………………………………………..……..…..13
1. Kesimpulan……………………………………..………..….13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat kita ungkapkan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pendidikan ?
2. Apa saja factor-faktor utama pendidikan ?
C. Batasan Masalah
Dalam masalah yang kami tulis ini hanya membahas tentang Komponen Faktor-faktor Pendidikan dari pengertiannya, macam-macam factor pendidikan dan hubungan timbal balik antar faktor pendidikan
D. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
2. Mengenal dan memahami pengertian pendidikan,
3. Memahami apa saja yang menjadi faktor-faktor utama pendidikan yang secara langsung terlibat dalam proses pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan Berdasar 4 Pilar Proses Pembelajaran yaitu :
1. Learning to know ( menguasai pengetahuan)
2. Learning to do (menguasai keterampilan)
3. Learning to be (mengembangkan diri)
4. Learning to live together (hidup bermasyarakat)
Learning to do bisa berjalan jika lembaga pendidikan memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan, namun tumbuh berkembangnya tergantung pada lingkungannya. Dewasa ini keterampilan bisa digunakan menopang kehidupan seseorang, bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang. Learning to be Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma & kaidah yang berlaku di masyarakat, serta belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya adalah proses pencapaian aktualisasi diri. Pengembangan diri secara maksimal (learning to be) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak & kondisi lingkungan nya. Kemampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan anak untuk mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi. Learning to live together Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Salah satu fungsi sekolah adalah tempat bersosialisasi, artinya mempersiapkan siswa untuk dapat hidup bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan sekolah. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya "learning to live together".
Proses pembelajaran yang ideal adalah proses pembelajaran yang dikemas dengan memperhatikan adanya berbagai aspek baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotor. Apabila proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan adanya keseimbangan ketiga aspek tersebut maka output pendidikan akan mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan masyarakat. Sebaliknya, apabila proses pembelajaran mengabaikan aspek-aspek tersebut dan hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja, jadinya akan lain. Jangan diharap output pendidikan mampu menterjemahkan serta merta mengantisipasi kemajuan dan perkembangan masyarakat yang telah berjalan demikian cepat. Oleh sebab itu, pendidikan kita harus mampu mengemas proses pendidikan dengan baik. Dengan kata lain, proses belajar mengajar kita harus memperhatikan aspek kreativitas. Pengembangan kreativitas para peserta didik yang dimulai sejak awal akan mampu membentuk kebiasaan cara berpikir peserta didik yang sangat bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri di kemudian hari. Kenyataan yang ada saat ini, hampir semua sistem sekolah yang ada di negeri ini kurang menyentuh dan mengembangkan aspek kreativitas. Ini terjadi akibat tuntutan kurikulum 1975 yang sangat berorientasi pada hasil belajar. Kurikulum tersebut akhirnya diperbaiki, kemudian muncul kurikulum 1984 yang sedikit bergeser orientasinya kearah proses. Namun, praksis pendidikan telanjurt memihak pada orientasi produk. Oleh karena itu, pergeseran orientasi itu tidak semudah yang dibayangkan para pengambil kebijakan dalam sistem persekolahan kita.Kurikulum 1994 secara filosofis sangat menaruh perhatian terhadap proses pembelajaran yang dinamis sehingga system target dan produk harus diterjemahkan secara kreatif dan kontekstual. Namun, pada kenyataannya sebagian besar guru telah merasa mapan dengan semangat kerja model kurikulum 1984, guru telanjur mekanistis dalam proses pembelajaran di sekolah, akhirnya persoalan kreativitas masih saja terabaikan tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena terlalu saratnya muatan yang diemban oleh kurikulum 1994. Dengan demikian hal pokok yang dikembangkan tetap aspek kognitif, sementara afektif dan psikomotor tetap terabaikan
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjtnya diperinci lagi kedalam silabus dari berbagai materi bimbingan.
A. Pengertian Faktor-Faktor Pendidikan
Meskipun barangkali sebagian di antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam satu batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan.
Dalam arti sederhan pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi orang dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau lkelomp[ok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor-faktor Pendidikan adalah sesuatu yang ikut menentuksn keberhasilan Pendidikan yang memiliki beberapa bagian yang saling mendukung satu sama lainnya. Faktor-faktor Pendidikan selanjutnya juga disebut dengan komponen-komponen pendidikan.
Menurut Toto Suharto dalam bukunya filsafat pendidikan dengan memodifikasi konsepsi noeng muhadjir,… mengungkapkan secara filosofis komponen-komponen pokok pendidikan kedalam lima komponen, yaitu tujuan pendidikan, pendidik dan peserta didik, kurikulum pendidikan, metode pendidikan, dan konteks pendidikan. Kelima komponen ini adalah merupakan sebuah system, artinya kelima komponen itu merupakan satu kesatuan pendidikan yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi berkaitan satu sama lainnya, sehingga terbentuk satu kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Macam-Macam Faktor Pendidikan
Dalam melaksanakan pendidikan, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan tersebut.
Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5 macam, dimana faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya mempunya hubungan yang erat. Kelima faktor tersebut adalah :
1. Pendidik
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua , guru, pemimpin, program pembelajaran, latihan dan masyarakat/organisasi.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan, dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicitakan. Secara umum, pendidik adalah mereka yang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan.
Selain mendidik pendidik/guru mempunyai 4 empat tugas, yaitu ;
1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama isalm.
2. Menanamkan Keilmuan dalam jiwa anak.
3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
4. mendidik anak agar berbudi pekerti baik.
Toto Suharto Mengutip dari pendapat Muraini dan Abdul Majid dalam bukunya mengemukakan tiga fungsi pendidik. Yaitu ;
1. Fungsi Instruksional yang bertugas melaksanakan pengajaran .
2. Fungsi Edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan.
3. Fungsi Managerial yang bertugas memimpin dan mengelola pendidikan.
Untuk Menjalankan Itu semua seorang guru atau pendidik harus memenuhi syarat-syarat. Dalam hal ini kami contohkan dalam peraturan persyaratan yang tertuang dalam UU pendidikan dan pengajaran no.04 tahun 1950 bab X pasal 5 yang berbunyi :
“ Syarat utama menjadi seorang guru, selain ijazah dan syarat-syarat lain yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran (seperti yang dimaksud dalam pasal 3,4 dan 5 UU ini).Selain itu, Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan Dosen, yang merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi.
2. Peserta Didik
Faktor anak didik adalah merupakan salah satu factor pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya factor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu factor anak didik tidak dapat digantikan oleh factor yang lain.
Cirri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insane yang unik
b. Individu yang sedang berkembang
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.
Peserta didik sebagai subjek pendidikan, menurut Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Jika menginginkan keberhasilan meraih ilmu harus memenuhi enam syarat yaitu :
1) Cerdas 4) mempunyai Bekal
2) Bersungguh-sungguh 5) Mengikuti Petunjuk Guru (Ustadz)
3) Sabar 6) Lama Waktunya
3. Tujuan Pendidikan
Menurut Dr.Zakiah Daradjat,dkk. Tujuan pendidikan ialah sesuatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Bila Pendidikan itu berbentuk pendidikan formal, tujuan pendidikan itu harus tergambar dalam suatu kurikulum.
Adapun rumusan Formal dari tujuan pendidikan secara Hierarchies adalah ;
· Tujuan Pendidikan Nasional. Adalah merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa indonesia, dan merupakan rumusan daripada kwalifikasi terbentuknya suatu warga negara yang dicita-citakan bersama.
· Tujuan Institusional. Ialah tujuan pendidikan secara formal dirumuskan oleh lembaga-lembaga pendidikan.
· Tujuan Kurikuler. Ialah tujuanyang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembag pendidikan.
· Tujuan Instruksional. Adalah merupakan tujun yang hendak dicapai setelah selesai program pengajaran.
Lebih spesifik tentang tujuan pendidikan. Adalah tujuan pendidikan agama islam yang terbagi dalam Tujuan Akhir dan Tujuan Antara (umum dan Khusus). Tujuan akhir pendidikan agama islam adalah penyerahan dan penghambaan diri secara total kepada Allah. Tujuanini bersifat tetap dan berlaku umum tanpa memperhatikan tempat, waktu dan keadaan. Tujuan Antara pendidikan islam merupakan penjabaran tujuan akhir, yang diperoleh melalui usah ijtihad para pemikir pendidikan islam, yang karenanya terikat oleh kondisi locus dan Tempus. Tujian Antara harus mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan subjek pendidik, setelah melakukan proses pendidikan baik yang
Setaip kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat menetukan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hgendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.
Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan mengabur. Oleh karena tujuan tersebut tidak mungkin dapat dicapai secara sekaligus, maka perlu dibuat secara bertaha, misalnya tujuan umum, tujuan institusional, tujuan kulikuler dan tujuan instruktusionalnya ditetapkan secara jelas dan terarah. Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan pendidikan nasional, yaitu
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi perkerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasamani dan rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4. Materi
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi ini bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat ditumbuhkembangkan.
5. Alat
Adapun yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunaan dalam usah untuk mencapai tujuan dari pendidikan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan alat pendidikan agama ialah; Segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan agama.
Dalam memilih alat / media pendidikan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Seperti yang diajukan oleh Heinick,dkk (1982) yang berupa model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah (ASSURE) adalah singkatan dari : Analyze Learner Characteristik, State Objektive, Select, or Modify Media, Utilize, Require Learner Response and Evaluate. Model ini menyarankan kegiatan utama dalam perencanaan pengajaran sebagai berikut :
Ø Menganalisis Karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa SD/SMP/SLTA/PT/ organisasi pemuda, perusahaan, usia, Jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, sosial, Ekonomi.
v Merumuskan tujuan pengajaran.
v Memilih, memodifikasi / merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat.
Ø Menggunakan mteri dan media (Bagaimana dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menggunakannya) ruang dan fasilitas lain.
v Meminta tanggapan dari siswa.
v Mengevaluasi proses belajar mengajar.
Alat-alat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 dengan uraian atau klasifikasi sebagai berikut :
1. Alat Pengajaran : Yang dibedakan menjadi tiga ;
· Alat pengajaran Klasikal, Seperti Papan Tulis, kapur dan lain-lain.
· Alat Pengajaran Individual. Seperti alat tulis, buku pelajaran dan lain-lain.
· Alat Peraga.
2. Alat-alat Pendidikan Langsung : termasuk alat pendidikan yang langsung juga ialah dengan menggunakan emosi dan dramatisasi dalam menerangkan masalah agama. Karena agama lebih menyangkut perasaan.
3. Alat-alat Pendidikan tidak Langsung : Alat yang bersifat kuratif. Agar dengan demikian anak-anak menyadari perbuatannya yang salah dan berusaha untuk memperbaikinya.
C. Hubungan Timbal Balik antar Faktor Pendidikan
Mengelola interaksi belajar mengajar melalui interaksi hubungan timbal balik antar siswa dan guru, profil pendidikan tahun pelajaran 2007/2008. bab i. pendahuluan . dapat:
1. memahami pengaruh timbal balik antara faktor lingkungan dan pendidikan, rohaniah: kenaikan pangkat, pendidikan dan pengembangan karir, pemberian cuti, faktor-faktor produksi (sumber-sumber) yang diperlukan: hubungan timbal balik antara manajemen, organisasi dan tata kerja (metode)
2. ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya,
3. ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka kos-kosan merupakan pihak yang terkait dengan bidang pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem sendiri dari sejumlah komponen. Untuk melihat komponen sistem pendidikan. Toffler (1970) menganalogikan sekolah dengan sebuah sebuah pabrik. Misalnya, sebuah pabrik gula yang tujuan didirikannya adalah untuk memproduksi gula. Pabrik tersebut membutuhkan bahan mentah (raw input) berupa tebu atau bahan lainnya.
BAB II`I
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pendidikan yang berlangsung selalu melibatkan beberapa unsur pendidikan antara lain ; subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi edukatif antara keduanya, tujuan pendidikan, kurikulim/materi pendidikan, alat dan bahan pendidikan serta lingkungan pendidikan.
Proses tersebut akan semakin ideal pelaksanaanya apabila proses tersebut selalu memperhatikan beberapa unsur antara lain; kognitif, afektif dan psikomotorik. Tanpa ketiganya proses pendidikan mustahil akan berjalan dengan sempurna.
Dari berbagai unsur diatas, ada unsur yang berjalan langsung dengan pengalaman inderawi anak didik yang disebut dengan unsur empirik. Seperti adanya pengembangan diri, kreatifitas dan aplikasi ilmu. Yang sering kita kelompokkan dalam penilaian afektif dan psikomotorik anak, setelah mereka diberi ilmu secara kognitif (teori) saja.
DAFTAR PUSTAKA
- Suharto Toto, Filsafat Pendidikan Islam,Ar Ruzz, Jogjakarta,2006.
- Z.AG.S, Methodik Khusus Pendidkan agama, Cetakan Ke VIII, Malang, 1983.
- Zuhri Syaifuddin, M.PdI. Media Pendidikan, Materi Kuliah Semester V, STAI Al-Qolam, 2007.
- Daradjat Zakiah.Dr.dkk,Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Angkasa, Jakarta, 2001.
- Methodik Khusus Pendidkan agama, Cetakan Ke VIII,Malang, 1983.Hal. 28
- Anglin G.J..1991. Instructional technology past, presen and fature. USA : Libraries Unlimited Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar